Fabio Lauria

Paradoks kreativitas: kecerdasan buatan, hak cipta, dan masa depan umat manusia

22 April 2025
Bagikan di media sosial

Persamaan dan perbedaan antara kreativitas manusia dan buatan: pentingnya koneksi

Perdebatan mengenai kecerdasan buatan dan hak cipta berkisar pada definisi 'ciptaan asli'. Sistem AI menimbulkan pertanyaan hukum dan etika baru dalam hal ini.

Kreativitas berkembang melalui koneksi: Shakespeare terinspirasi oleh kronik sejarah dan cerita rakyat, Van Gogh mempelajari cetakan Jepang, The Beatles memulai dengan memainkan musik rock Amerika. Seniman selalu menafsirkan ulang karya-karya sebelumnya. Di satu sisi, kecerdasan buatan juga melakukan hal yang sama. Jadi di mana letak perbedaannya?

Kontroversi pembentukan AI

Perusahaan-perusahaan di industri ini dengan mudah membandingkan model kecerdasan buatan dengan alat bantu seperti Photoshop atau workstation audio. Mereka menyajikannya sebagai alat bantu untuk kreativitas, mirip dengan kamera untuk fotografer.

Para pencipta dan pemilik hak kekayaan intelektual terkadang menentang interpretasi ini. Sistem AI sebenarnya berlatih pada basis data karya yang dilindungi, biasanya tanpa otorisasi atau remunerasi, meskipun solusi damai untuk sengketa ini.

Analisis jutaan karya jelas melampaui batas "penggunaan wajar" dan inspirasi artistik yang normal.

Pembelajaran manusia dan mesin: perbedaan mendasar

Para seniman menyaring pengaruh melalui pengalaman, emosi, dan visi pribadi, menciptakan transformasi yang orisinal.

Sistem AI beroperasi dengan replikasi dan analisis statistik dari data pelatihan. Sistem ini menghasilkan kombinasi yang kurang lebih acak, namun tidak memahami atau mengubah pengaruh yang menjadi inspirasi mereka. Dalam artian, tidak ada yang benar-benar orisinil yang dibuat dengan metode ini.

Saat ini, inilah perbedaan antara kedua jenis 'kreativitas' tersebut.

Proposal untuk masa depan

Solusi yang mungkin untuk memecahkan atau mengurangi masalah ini meliputi:

  • Sistem untuk melacak penggunaan karya dalam pelatihan AI
  • Mekanisme bagi hasil
  • Daftar publik data pelatihan dengan keikutsertaan untuk pembuat
  • Kerangka kerja untuk persetujuan dan kompensasi

Pencarian solusi baru

Sengketa hukum mengancam untuk memblokir inovasi. Perusahaan-perusahaan besar dapat menegakkan dan mengeksploitasi hak cipta mereka, sementara para seniman dengan anggaran yang lebih kecil berjuang untuk melindungi hak-hak dan sumber pendapatan mereka.

Evolusi AI membutuhkan kejelasan regulasi dan keseimbangan dalam melindungi berbagai kepentingan yang berbeda dan terkadang saling bertentangan.

Refleksi tentang kreativitas

Perbedaan antara konten manusia dan AI akan menjadi semakin kompleks. Dalam konteks di mana AI menghasilkan refleksi atas dampaknya sendiri, nilai dan keaslian ekspresi manusia harus dipertahankan.

Kombinasi kreativitas manusia dan buatan menghasilkan bentuk seni yang benar-benar baru, di mana teknologi tidak menggantikan, tetapi memperkuat kapasitas manusia untuk mengekspresikan emosi, ide, dan pandangan dunia.

Dalam skenario ini, nilai seni tidak berasal dari asalnya - manusia atau buatan - tetapi dari kemampuannya untuk terhubung secara mendalam dengan pengalaman manusia dan menstimulasi refleksi yang bermakna tentang kondisi kita.

Keaslian kreatif yang sejati akan selalu berada pada kemampuan untuk menyentuh akord yang dalam dari jiwa manusia, membangkitkan emosi yang tulus dan merangsang refleksi yang bermakna.

Apakah hal ini dilakukan melalui alat tradisional atau algoritme canggih adalah hal yang kedua setelah dampak emosional dan intelektual dari karya itu sendiri.

Fabio Lauria

CEO & Pendiri | Electe

Sebagai CEO Electe, saya membantu UKM membuat keputusan berdasarkan data. Saya menulis tentang kecerdasan buatan dalam dunia bisnis.

Paling populer
Daftar untuk mendapatkan berita terbaru

Dapatkan berita dan wawasan mingguan di kotak masuk Anda
. Jangan sampai ketinggalan!

Terima kasih! Kiriman Anda telah diterima!
Ups! Ada yang salah saat mengirimkan formulir.